BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kurikulum tidak akan
tercapai jika hanya dibiarkan setelah dikembangkan. Kurikulum yang telah
didesain optimal harus diimplementasikan dan mempunyai hasil bagi pembelajaran.
Banyak kurikulum yang telah didesain dan dikembangkan tidak diiplementasikan
karena ketiadaan suatu rencana perubahan dalam keseluruhan suatu sistem
persekolahan.
Kurikulum baru yang
gagal boleh jadi karena alasan belum mempertimbangkan pengembangan kurikulum
secara kritis. Seringkali, individu dalam sekolah percaya bahwa usaha kurikulum
adalah untuk melengkapi rencana baru yang dikembangkan atau material baru yang
dibeli. Perhatian lebih banyak diberikan pada permasalahan manajemen dan
organisasi dibanding pada perubahan kurikulum. Banyak individu yang bertanggung
jawab pada kurikulum tidak memprosses suatu pandangan makro perubahan atau
menyadari bahwa inovasi memerlukan perencanaan hati-hati dan monitoring yang
ketat. Individu tersebut sering berpikir bahwa implementasi adalah merupakan
pengunaan program baru atau tidak.
Implementasi yang sukses
adalah suatu proses yang mempunyai beberapa hal baru. Implementasi tergantung
pada pendekatan umum pengembangan kurikulum dan kurikulum itu sendiri.
Kebanyakan orang percaya bahwa implementasi yang sukses, bersandarkan pada
penggambaran langkah-langkah yang tepat yang terutama menyangkut proses
pengembangan. Kebanyakan orang mempertimbangkan implementasi adalah sebagai
sesuatu yang tak dapat diramalkan dan tidak pasti.
Implementasi dapat
dipandang sebagai rangkaian yang sangat teknis secara alami ke seluruh aliran
dan sangat estetis. Titik pusatnya adalah bahwa hal ini merupakan suatu
komponen dalam siklus tindakan kurikulum yang tidak bisa dilalaikan. Langkah
ini melibatkan tindakan luas yang tidak hanya, sebagai contoh, perubahan tempat
kerja untuk staff. Implementasi merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan,
tindakan, dan sikap individu. Implementasi adalah suatu interaksi proses antara
mereka yang menciptakan program dan mereka yang melaksanakannya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Pengertian Evaluasi Kurikulum
2.
Implementasi Dan Evaluasi Kurikulum
3.
Konsep Kurikulum
4.
Peranan Evaluasi Kurikulum
5.
Model – Model
Evaluasi Kurikulum
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
EVALUASI KURIKULUM
Pada hakikatnya evaluasi adalah
proses yang dilakukan untuk mengumpulkan data, dengan data yang terkumpul dapat
dianalisa untuk menetapkan suatu keputusan, antara menerima, menolak atau
merevisi.
Sedangkan kurikulum dapat dipandang
sebagai “suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu” [1]
Jadi, evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur
ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan
realible untuk membuat keputusan tentang kurikulum pendidikan dan pelatihan
yang sedang berjalan atau telah dijalankan.
Purwanto dan Atwi Suparman, 1999
mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk
mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang
suatu program.
Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional); [2]
Dari pengertian evaluasi dan
kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum
adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan
efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses
penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk
membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.
Evaluasi kurikulum memegang peranan
penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada
pengambilan keputusan dalam kurikulum.
Hasil – hasil evaluasi kurikulum
dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan pengembang
kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan system
pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil – hasil evaluasi kurikulum
juga dapat digunakan oleh guru – guru, kepala sekolah, dan para pelaksanan
pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih
bahan pelajaran, memilih metode dan alat – alat bantu pelajaran, cara menilai
serta fasilitas pendidikan lainnya.
B. IMPLEMENTASI
DAN EVALUASI KURIKULUM
Implementasi merupakan suatu proses
penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis
sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan
maupun nilai dan sikap
Jadi implementasi kurikulum adalah
suatu proses penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum kedalam
praktek pembelajaran atau aktivitas – aktivitas baru sehingga terjadi perubahan
pada kelompok orang yang diharapkan untuk berubah.
Berdasar uraian diatas dapat
dikemukakan bahwa implementasi kurikulum adalah operasionalisasi konsep
kurikulum yang masih bersifat Potensial menjadi actual dalam bentuk kegiatan
pembelajaran. Implementasi kurikulum merupakan terjemahan guru terhadap
kurikulum sebagai rencana tertuli.
Implementasi kurikulum sedikitnya
dipengaruhi oleh tiga factor, sebagai herikut :
1.
Karakteristik kurikulum
Karakteristik kurikulum mencakup
ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di
lapangan.
2.
Strategi implementasi
Strategi yang digunakan dalam
implementasi seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya,
penyediaan buku kurikulum dan kegiatan – kegiatan yang dapat mendorong
penggunaan kurikulum di lapangan.
3.
Karaktersistik pengguna kurikulu
Yaitu meliputi pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum serta kemampuannya untuk
merealisasikan kurikulum (curriculum planning) damal pembelajaran.
Di sisi lain Mars (1980)
mengemukakan tiga factor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu
Dukungan kepala sekolah, Dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal
yang datang dari dalam diri guru sendiri.
Dari berbagai factor tersebut guru
merupakan factor penentu disamping factor – factor lain. Dengan kata lain keberhasilan
implementasi kurikulum di sekolah sangat ditentukan oleh factor guru, karena
bagaimana pun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugasnya
dengan baik, maka hasil implementasi kurikulum tidak akan memuaskan [3]
C. KONSEP
KURIKULUM
Banyak teori tentang kurikulum,
beberapa teori menekankan pada rencana, yang lain pada inovasi, pada dasar –
dasar filosofis, dan pada konsep – konsep yang di ambil dari ilmu perilaku
manusia.
Ini menunjukkan betapa luasnya teori
– teori tentang kurikulum. Secara sederhana teori kurikulum dapat di
klasifikasikan yaitu :
1. Penekanan kepada isi kurikulum
Strategi pengembangan yang
menekankan isi merupakan yang paling lama dan banyak dipakai, tetapi juga terus
mendapat penyempurnaan atau pembaharuan. Sebab – sebab yang mendorong
pembaharuan ini bermacam – macam
-
Karena didorong oleh tuntutan untuk menguatkan kembali nilai
– nilai moral dan budaya dari masyarakat
-
Karena perubahan dasar filosofi tentang struktur pengetahuan
-
Karena adanya tuntutan bahwa kurikulum harus lebih
berorientasi pada pekerjaan.
2. Penekanan pada situasi pendidikan
Tipe kurikulum ini lebih menekankan
pada masalah dimana (Where), bersifat khusus sangat memperhatikan dan
disesuaikan dengan lingkungannya.
Tipe ini akan menghasilkan kurikulum
berdasarkan situasi – situasi lingkungan seperti :
-
kurikulum pedesaan
-
kurikulum kelompok masyarakat nelayan
-
kurikulum daerah pesisir, pegunungan dan sebagainya.
Kurikulum ini bertujuan mencari
kesesuaian antara kurikulum dengan situasi dimana pendidikan berlangsung.
Kurikulum ini disusun sesuai dengan
keadaan tanah, alam setempat, perhatiannya sangat ditumpahkan pada kebun dan
sawah.
3. Penekanan pada organisasi
Tipe kurikulum ini sangat menekankan
pada proses belajar mengajar. Meskipun dengan berbagai perbedaan dan di sana
sini ada pertentangan. Umpamanya antara konsep system intruksional dengan
konsep pengajaran.
Perbedaan yang jelas antara
kurikulum yang menekankan pada organisasi dengan yang menekankan pada isi dan
situasi adalah memberikan perhatian yang sangat besar kepada si pelajar atau
siswa. [4]
D. PERANAN
EVALUASI KURIKULUM
Peranan evaluasi kebijaksanaan dalam
kurikulum khususnya pendidikan umumnya minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu
:
1. Evaluasi sebagai moral judgement
Konsep utama dalam evaluasi adalah
masalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan
untuk tindakan selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian yaitu :
-
Evaluasi berisi suatu skala nilai moral, berdasarkan skala
tersebut suatu objek evaluasi dapat dinilai.
-
Evaluasi berisi suatu perangkat criteria kritis berdasar
kriteria – criteria tersebut suatu hasil dapat di nilai.
2. Evaluasi dan penentuan keputusan
Pengambil keputusan dalam
pelaksanaan pendidikan atau kurikulum adalah guru, murid, orang tua, kepala
sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dan lain sebagainya. Pada
prinsipnya tiap individu diatas membuat keputusan sesuai dengan posisinya.
Murid (Peserta didik) mengambil keputusan sesuai dengan posisinya sebagai
murid, guru (pendidik) mengambil keputusan sesuai dengan posisinya sebagai
guru.
Besar kecilnya peranan keputusan
yang diambil seseorang sesuai lingkup tanggung jawabnya. Serta lingkup masalah
yang dihadapinya pada suatu saat.
Beberapa hasil evaluasi menjadi
bahan pertimbangan murid untuk mengambil keputusan apakah ia lebih rajin
belajar ataukah tidak. Dengan kata lain penentuan keputusan yang diambil oleh
murid sebagian besar berkenaan dengan kepentingan dirinya
3. Evaluasi dan konsensus nilai
Secara historis consensus nilai
dalam evaluasi kurikulum berasal dari tradisi test mental serta eksperimen.
Consensus tersebut berupa kerangka kerja penilaian yang dipusatkan pada tujuan
– tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar yang bersifat behavioral,
penggunaan analisis statistic dari pre test dan post test dan lainnya. [5]
E. MODEL – MODEL EVALUASI KURIKULUM
Evaluasi
kurikulum merupakan suatu tema yang luas, meliputi banyak kegiatan, meliputi
sejumlah prosedur, bahkan dapat merupakan suatu lapangan study yang berdiri
sendiri. Evaluasi kurikulum juga merupakan suatu fenomena yang multifaset,
memiliki banyak segi.
Bagian
ini membahas perkembangan evaluasi kurikulum yaitu evaluasi kurikulum sebagai
fenomena sejarah suatu elemen dalam proses social dihubungkan dengan
perkembangan pendidikan .
1. Evaluasi
model penelitian
Model
evaluasi kurikulum ini menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode tes psikologis dan eksperimen
lapangan.
-
Tes psikologis atau
tes psikomotorik pada umumnya mempunyai dua bentuk tes yakni tes intelegensi
(untuk mengukur kemampuan bawaan) dan tes hasil belajar (untuk mengukur
perilaku skolastik)
-
Eksperimen
lapangan dimulai pada tahun 1930 dengan menggunakan metode yang biasa digunakan
dalam penelitian botani pertanian. Model eksperimen dalam botani pertanian
dapat digunakan dalam pendidikan, anak dapat disamakan dengan benih, sedang
kurikulum serta berbagai fasilitas serta system sekolah dapat disamakan dengan
tanah dan pemeliharaannya. Untuk mengetahui tingkat kesuburan benih (Anak)
serta hasil yang dicapai pada akhir program percobaan dapat digunakan tes.
2. Evaluasi
model objektif
Ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang model obyektif,
yaitu :
-
Ada kesepakan
tentang tujuan kurikulum
-
Merumuskan
tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
-
Menyusun materi
kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut
-
Mengukur
kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan
Pendekatan
inilah yang digunakan oleh Ralp Tylor (1930) dala menyusun test dengan titik
tolak pada perumusan tujuan tes sebagai asal mula pendekatan system.
Tes
untuk mengukur prestasi belajar anak merupakan bagian integral dari kurikulum.
Tiap butir tes berkenaan dengan keterampilan, unit atau tingkat tertentu dari
tujuan khusus.
Untuk
mengikuti program pendidikan siswa harus mengambil dulu tes penempatan, untuk
menentukan dimana mereka harus mulai belajar. kemajuan siswa dimonitor oleh
guru dengan memberi tes untuk mengukur tingkat penguasaan tujuan khusus dengan
melalui pre tes dan post tes.
Siswa
dianggap menguasai suatu unit bila memperoleh skor minimal 80, bila ini sudah
dikuasai berarti penguasaan siswa sudah sesuai dengan criteria.
3. Evaluasi
model campuran multivariasi
Yaitu strategi evaluasi yang
menyatakan unsur – unsur dari kedua pendekatan tersebut strategi ini
memungkinkan perbansingan lebih dari satu kurikulunm dan secara serempak
keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan criteria khusus dari masing –
masing kurikulum.
Beberapa kesulitan dihadapi dalam
penerapan model ini yakni :
-
Diharapkan memberikan tes statistic yang signifikan.
-
Terlalu banyaknya variabel yang perlu dihitung.
-
Merkipun model nultifariasi telah mengurangi masalah control
berkenaan dengan eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah –
masalah perbandingan
Model – model evaluasi lurikulum
tersebut berkembang dari dan digunakan untuk mengevaluasi model atau pendekatan
kurikulum tertentu.
Model perbandingan lebih sesuai
untuk mengevaluasi pengembangan kurikulum yang menekan kan isi
Model tujuan lebih sesuai untuk
mengevaluasi pengembangan kurikulum yang menekan kan pada pendekatan tujuan
Model campuran dapat digunakan untuk
mengevaluasi pengembangan baik kurikulum yang menekan kan isi tujuan maupun
situasi. [6]
BAB
III
PENUTUP
Evaluasi
bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data untuk bahan
penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direviskah akan direvisi
atau diganti. Evaluasi kurikulum sangat penting dilakukan karena evaluasi
kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektivitas, dan
efisiensi kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan
sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan
apakah kurikulum tersebut masih dijalankan, tetapi perlu revisi atau kurikulum
tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga
penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, kemajuan teknologi, dan kebutuhan pasar yang berubah.
Evaluasi
kurikulum penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar. Oleh karena itu
dengan memahami pengertian evaluasi kurikulum dan persamaan serta perbedaannya
dengan penelitian diharapkan evaluasi kurikulum yang akan dibuat
dapat menjadi valid, reliabel dan sangat berguna sebagai bahan pertimbangan
dalam membuat keputusan tentang kurikulum tersebut
Implementasi
lebih dari sekedar pemberian material baru atau kursus belajar. Implementasi
kurikulum baru akan melibatkan banyak pihak yang nantinya terlibat dalam suatu
kerjasama, dimana interaksi dari semua pihak yang terlibat berdampak positif
bagi kurikulum baru. Perubahan kurikulum bukanlah proses sesaat, tetapi
merupakan rangkaian prosedur dan perilaku yang berlangsung terus menerus,
sehingga tugas implementasi mencapai tujuan yang diharapkan. Keberhasilan
implementasi program memerlukan penyelesaian tahap akhir yang sempurna.
Ringkasnya seluruh pihak yang terlibat dalam evaluasi kurikulum harus mengerti
tentang perubahan rencana dan interaksi individu, kelompok serta sistem yang
digunakan dalam usaha implementasi kurikulum baru.
DAFTAR
PUSTAKA
Zakiah
Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992
Nana
Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Cetakan
Kedua. Bandung: Rosdakarya.
Dr.
E. Mulyana, kurikulum berbasis kompetensi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010
Arief
Furchan, muhaiman, agus maimun, Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2005
Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan
Akademik dan Kemahasiswaan,(2003). Buku II –Kurikulum Program studi
[2] Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan,(2003). Buku II
–Kurikulum Program Studi
[4] Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori
dan Praktek, Cetakan Kedua. Bandung: Rosdakarya..
[5]
. Nana Syaodih Sukmadinata. 1997.
Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Cetakan Kedua. Bandung: Rosdakarya.
[6] . Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori
dan Praktek, Cetakan Kedua. Bandung: Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar