Minggu, 11 Januari 2015

PERENCANAAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KURIKULUM



BAB I
PENDAHULUAN
  
A.    LATAR BELAKANG
Kurikulum tidak akan tercapai jika hanya dibiarkan setelah dikembangkan. Kurikulum yang telah didesain optimal harus diimplementasikan dan mempunyai hasil bagi pembelajaran. Banyak kurikulum yang telah didesain dan dikembangkan tidak diiplementasikan karena ketiadaan suatu rencana perubahan dalam keseluruhan suatu sistem persekolahan.
Kurikulum baru yang gagal boleh jadi karena alasan belum mempertimbangkan pengembangan kurikulum secara kritis. Seringkali, individu dalam sekolah percaya bahwa usaha kurikulum adalah untuk melengkapi rencana baru yang dikembangkan atau material baru yang dibeli. Perhatian lebih banyak diberikan pada permasalahan manajemen dan organisasi dibanding pada perubahan kurikulum. Banyak individu yang bertanggung jawab pada kurikulum tidak memprosses suatu pandangan makro perubahan atau menyadari bahwa inovasi memerlukan perencanaan hati-hati dan monitoring yang ketat. Individu tersebut sering berpikir bahwa implementasi adalah merupakan pengunaan program baru atau tidak.
Implementasi yang sukses adalah suatu proses yang mempunyai beberapa hal baru. Implementasi tergantung pada pendekatan umum pengembangan kurikulum dan kurikulum itu sendiri. Kebanyakan orang percaya bahwa implementasi yang sukses, bersandarkan pada penggambaran langkah-langkah yang tepat yang terutama menyangkut proses pengembangan. Kebanyakan orang mempertimbangkan implementasi adalah sebagai sesuatu yang tak dapat diramalkan dan tidak pasti.
Implementasi dapat dipandang sebagai rangkaian yang sangat teknis secara alami ke seluruh aliran dan sangat estetis. Titik pusatnya adalah bahwa hal ini merupakan suatu komponen dalam siklus tindakan kurikulum yang tidak bisa dilalaikan. Langkah ini melibatkan tindakan luas yang tidak hanya, sebagai contoh, perubahan tempat kerja untuk staff. Implementasi merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, tindakan, dan sikap individu. Implementasi adalah suatu interaksi proses antara mereka yang menciptakan program dan mereka yang melaksanakannya.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian Evaluasi Kurikulum
2.      Implementasi Dan Evaluasi Kurikulum
3.      Konsep Kurikulum
4.      Peranan Evaluasi Kurikulum
5.      Model – Model Evaluasi Kurikulum

 

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN EVALUASI KURIKULUM
Pada hakikatnya evaluasi adalah proses yang dilakukan untuk mengumpulkan data, dengan data yang terkumpul dapat dianalisa untuk menetapkan suatu keputusan, antara menerima, menolak atau merevisi.
Sedangkan kurikulum dapat dipandang sebagai “suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu” [1]  Jadi, evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan  realible untuk membuat keputusan tentang kurikulum pendidikan dan pelatihan yang sedang berjalan atau telah dijalankan.
Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang  suatu program.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional); [2]
Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum.
Hasil – hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan system pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.  
Hasil – hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru – guru, kepala sekolah, dan para pelaksanan pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat – alat bantu pelajaran, cara menilai serta fasilitas pendidikan lainnya.
B.     IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KURIKULUM
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap
Jadi implementasi kurikulum adalah suatu proses penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum kedalam praktek pembelajaran atau aktivitas – aktivitas baru sehingga terjadi perubahan pada kelompok orang yang diharapkan untuk berubah.
Berdasar uraian diatas dapat dikemukakan bahwa implementasi kurikulum adalah operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat Potensial menjadi actual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Implementasi kurikulum merupakan terjemahan guru terhadap kurikulum sebagai rencana tertuli.
Implementasi kurikulum sedikitnya dipengaruhi oleh tiga factor, sebagai herikut :
1.      Karakteristik kurikulum
Karakteristik kurikulum mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan.
2.      Strategi implementasi
Strategi yang digunakan dalam implementasi seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku kurikulum dan kegiatan – kegiatan yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
3.      Karaktersistik pengguna kurikulu
Yaitu meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum serta kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum (curriculum planning) damal pembelajaran.
Di sisi lain Mars (1980) mengemukakan tiga factor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu Dukungan kepala sekolah, Dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal yang datang dari dalam diri guru sendiri.
Dari berbagai factor tersebut guru merupakan factor penentu disamping factor – factor lain. Dengan kata lain keberhasilan implementasi kurikulum di sekolah sangat ditentukan oleh factor guru, karena bagaimana pun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, maka hasil implementasi kurikulum tidak akan memuaskan [3]     
C.    KONSEP KURIKULUM
Banyak teori tentang kurikulum, beberapa teori menekankan pada rencana, yang lain pada inovasi, pada dasar – dasar filosofis, dan pada konsep – konsep yang di ambil dari ilmu perilaku manusia.
Ini menunjukkan betapa luasnya teori – teori tentang kurikulum. Secara sederhana teori kurikulum dapat di klasifikasikan  yaitu :
1.      Penekanan kepada isi kurikulum
Strategi pengembangan yang menekankan isi merupakan yang paling lama dan banyak dipakai, tetapi juga terus mendapat penyempurnaan atau pembaharuan. Sebab – sebab yang mendorong pembaharuan ini bermacam – macam
-          Karena didorong oleh tuntutan untuk menguatkan kembali nilai – nilai moral dan budaya dari masyarakat
-          Karena perubahan dasar filosofi tentang struktur pengetahuan
-          Karena adanya tuntutan bahwa kurikulum harus lebih berorientasi pada pekerjaan.
2.      Penekanan pada situasi pendidikan
Tipe kurikulum ini lebih menekankan pada masalah dimana (Where), bersifat khusus sangat memperhatikan dan disesuaikan dengan lingkungannya.
Tipe ini akan menghasilkan kurikulum berdasarkan situasi – situasi lingkungan seperti :
-          kurikulum pedesaan
-          kurikulum kelompok masyarakat nelayan
-          kurikulum daerah pesisir, pegunungan dan sebagainya.
Kurikulum ini bertujuan mencari kesesuaian antara kurikulum dengan situasi dimana pendidikan berlangsung.
Kurikulum ini disusun sesuai dengan keadaan tanah, alam setempat, perhatiannya sangat ditumpahkan pada kebun dan sawah.
3.      Penekanan pada organisasi
Tipe kurikulum ini sangat menekankan pada proses belajar mengajar. Meskipun dengan berbagai perbedaan dan di sana sini ada pertentangan. Umpamanya antara konsep system intruksional dengan konsep pengajaran.
Perbedaan yang jelas antara kurikulum yang menekankan pada organisasi dengan yang menekankan pada isi dan situasi adalah memberikan perhatian yang sangat besar kepada si pelajar atau siswa.  [4]
D.    PERANAN EVALUASI KURIKULUM
Peranan evaluasi kebijaksanaan dalam kurikulum khususnya pendidikan umumnya minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu :
1.      Evaluasi sebagai moral judgement
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian yaitu :
-          Evaluasi berisi suatu skala nilai moral, berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi dapat dinilai.
-          Evaluasi berisi suatu perangkat criteria kritis berdasar kriteria – criteria tersebut suatu hasil dapat di nilai.
2.      Evaluasi dan penentuan keputusan
Pengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau kurikulum adalah guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dan lain sebagainya. Pada prinsipnya tiap individu diatas membuat keputusan sesuai dengan posisinya. Murid (Peserta didik) mengambil keputusan sesuai dengan posisinya sebagai murid, guru (pendidik) mengambil keputusan sesuai dengan posisinya sebagai guru.
Besar kecilnya peranan keputusan yang diambil seseorang sesuai lingkup tanggung jawabnya. Serta lingkup masalah yang dihadapinya pada suatu saat.
Beberapa hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangan murid untuk mengambil keputusan apakah ia lebih rajin belajar ataukah tidak. Dengan kata lain penentuan keputusan yang diambil oleh murid sebagian besar berkenaan dengan kepentingan dirinya  
3.      Evaluasi dan konsensus nilai
Secara historis consensus nilai dalam evaluasi kurikulum berasal dari tradisi test mental serta eksperimen. Consensus tersebut berupa kerangka kerja penilaian yang dipusatkan pada tujuan – tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar yang bersifat behavioral, penggunaan analisis statistic dari pre test dan post test dan lainnya. [5]
E.     MODEL – MODEL EVALUASI KURIKULUM
Evaluasi kurikulum merupakan suatu tema yang luas, meliputi banyak kegiatan, meliputi sejumlah prosedur, bahkan dapat merupakan suatu lapangan study yang berdiri sendiri. Evaluasi kurikulum juga merupakan suatu fenomena yang multifaset, memiliki banyak segi.
Bagian ini membahas perkembangan evaluasi kurikulum yaitu evaluasi kurikulum sebagai fenomena sejarah suatu elemen dalam proses social dihubungkan dengan perkembangan pendidikan .
1.      Evaluasi model penelitian
Model evaluasi kurikulum ini menggunakan model penelitian didasarkan atas teori  dan metode tes psikologis dan eksperimen lapangan.
-          Tes psikologis atau tes psikomotorik pada umumnya mempunyai dua bentuk tes yakni tes intelegensi (untuk mengukur kemampuan bawaan) dan tes hasil belajar (untuk mengukur perilaku skolastik)
-          Eksperimen lapangan dimulai pada tahun 1930 dengan menggunakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian botani pertanian. Model eksperimen dalam botani pertanian dapat digunakan dalam pendidikan, anak dapat disamakan dengan benih, sedang kurikulum serta berbagai fasilitas serta system sekolah dapat disamakan dengan tanah dan pemeliharaannya. Untuk mengetahui tingkat kesuburan benih (Anak) serta hasil yang dicapai pada akhir program percobaan dapat digunakan tes.
2.      Evaluasi model objektif
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang model obyektif, yaitu :
-          Ada kesepakan tentang tujuan kurikulum
-          Merumuskan tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
-          Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut
-          Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan
Pendekatan inilah yang digunakan oleh Ralp Tylor (1930) dala menyusun test dengan titik tolak pada perumusan tujuan tes sebagai asal mula pendekatan system.
Tes untuk mengukur prestasi belajar anak merupakan bagian integral dari kurikulum. Tiap butir tes berkenaan dengan keterampilan, unit atau tingkat tertentu dari tujuan khusus.
Untuk mengikuti program pendidikan siswa harus mengambil dulu tes penempatan, untuk menentukan dimana mereka harus mulai belajar. kemajuan siswa dimonitor oleh guru dengan memberi tes untuk mengukur tingkat penguasaan tujuan khusus dengan melalui pre tes dan post tes.
Siswa dianggap menguasai suatu unit bila memperoleh skor minimal 80, bila ini sudah dikuasai berarti penguasaan siswa sudah sesuai dengan criteria.  
3.      Evaluasi model campuran multivariasi
Yaitu strategi evaluasi yang menyatakan unsur – unsur dari kedua pendekatan tersebut strategi ini memungkinkan perbansingan lebih dari satu kurikulunm dan secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan criteria khusus dari masing – masing kurikulum.
Beberapa kesulitan dihadapi dalam penerapan model ini yakni :
-          Diharapkan memberikan tes statistic yang signifikan.
-          Terlalu banyaknya variabel yang perlu dihitung.
-          Merkipun model nultifariasi telah mengurangi masalah control berkenaan dengan eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah – masalah  perbandingan
Model – model evaluasi lurikulum tersebut berkembang dari dan digunakan untuk mengevaluasi model atau pendekatan kurikulum tertentu.
Model perbandingan lebih sesuai untuk mengevaluasi pengembangan kurikulum yang menekan kan isi
Model tujuan lebih sesuai untuk mengevaluasi pengembangan kurikulum yang menekan kan pada pendekatan tujuan
Model campuran dapat digunakan untuk mengevaluasi pengembangan baik kurikulum yang menekan kan isi tujuan maupun situasi. [6]   



BAB III
PENUTUP

Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direviskah akan direvisi atau diganti. Evaluasi kurikulum sangat penting dilakukan karena  evaluasi kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektivitas, dan efisiensi kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut masih dijalankan, tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, dan kebutuhan pasar yang berubah.
Evaluasi kurikulum penting dilakukan dalam rangka  penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar. Oleh karena itu dengan memahami pengertian evaluasi kurikulum dan persamaan serta perbedaannya dengan  penelitian  diharapkan evaluasi kurikulum yang akan dibuat dapat menjadi valid, reliabel dan sangat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan tentang kurikulum tersebut
Implementasi lebih dari sekedar pemberian material baru atau kursus belajar. Implementasi kurikulum baru akan melibatkan banyak pihak yang nantinya terlibat dalam suatu kerjasama, dimana interaksi dari semua pihak yang terlibat berdampak positif bagi kurikulum baru. Perubahan kurikulum bukanlah proses sesaat, tetapi merupakan rangkaian prosedur dan perilaku yang berlangsung terus menerus, sehingga tugas implementasi mencapai tujuan yang diharapkan. Keberhasilan implementasi program memerlukan penyelesaian tahap akhir yang sempurna. Ringkasnya seluruh pihak yang terlibat dalam evaluasi kurikulum harus mengerti tentang perubahan rencana dan interaksi individu, kelompok serta sistem yang digunakan dalam usaha implementasi kurikulum baru.



DAFTAR PUSTAKA

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992
Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Cetakan Kedua. Bandung: Rosdakarya.
Dr. E. Mulyana, kurikulum berbasis kompetensi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2010
Arief Furchan, muhaiman, agus maimun, Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2005
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan,(2003). Buku II –Kurikulum Program studi

 



[1].   Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 122
[2]  Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan,(2003). Buku II –Kurikulum Program Studi
[3]   Dr. E. Mulyana kurikulum berbasis kompetensi, bandung, PT Remaja Rosdakarya 2010
[4]   Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Cetakan Kedua. Bandung: Rosdakarya..
[5] . Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Cetakan Kedua. Bandung: Rosdakarya.
[6] .  Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Cetakan Kedua. Bandung: Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar